Apa bisnis konvensional itu
"Lihat keluarga Liem, lihat keluarga Bakrie,
lihat keluarga Eka Tjipta, keluarga Cendana,
keluarga Axa, keluarga Kalla, dll.
Sekarang, apakah kita cukup beruntung untuk menjadi salah satu dari anggota keluarga konglemerat bisnis besar tersebut?
Sehingga kita bisa belajar dan diberi kesempatan?"
Pada edisi ke-dua, kita akan membahas bersama mengenai peluang dan kesempatan bisnis yang ada. Sebagai permulaan, kita akan lihat dan mencoba menganalisa, kategori bisnis yang umum dan ada sekarang; bisnis konvensional.
"Apa sih bisnis konvensional itu?
Kok terdengar kuno, ya?"
Ya, emang gitu kok! Disebut bisnis konvensional karena bisnis dalam kategori ini sudah ada sejak dulu, dan secara umum dilakukan oleh kebanyakan orang-orang di dunia ini. Buka toko kelontong, warung, restoran, cafe, toko komputer, pulsa, warnet, wartel, bisnis pertambangan, dlsbnya, adalah sedikit contoh dari bisnis konvensional.
Oke, trus bagaimana kita menganalisa bisnis konvensional ini dalam kaitannya dengan faktor 4-i (investment, income, insurance, dan inheritence) yang kita pelajari pada edisi lalu?
Mari kita mulai;
(1) Investment;
Mulai lah dengan bertanya kepada diri Anda sendiri; "berapa modal finansial yang Anda butuhkan untuk memulai bisnis yang Anda pilih? Berapa resiko yang harus Anda tanggung jika bisnis Anda tidak berjalan sebagaimana mestinya? Apakah Anda sanggup untuk menanggung semua kerugian finansial yang mungkin terjadi?"
Faktor investasi inilah yang menyebabkan banyak orang segan untuk memulai bisnis sendiri. Apalagi untuk orang dari kalangan kelas miskin dan menengah.
(2) Income;
Lihat, apakah income yang akan Anda dapatkan dari bisnis Anda, tidak terbatas? Umumnya, untuk meningkatkan income dari bisnis konvensional, Anda harus melakukan peningkatan dari sisi investasi! Demikian seterusnya.
(3) Insurance;
"Apakah bisnis Anda memungkinkan Anda untuk terus mendapatkan income, walaupun Anda tidak bekerja (residual income)?"
Kenyataannya adalah semakin tumbuh dan berkembangnya sebuah bisnis, akan membuat pemiliknya terpaksa untuk terikat dan "menikah" dengan bisnisnya! Kenapa begitu? Karena tidak ada yang lebih perduli dengan suatu bisnis, kecuali si pemiliki bisnis tersebut! Sekali Anda berhenti, maka bisnis Anda pun secara pasti akan berhenti.
(4) Inheritance;
"Apakah bisnis Anda dapat Anda perlakukan sebagai sebuah aset yang langsung dapat Anda wariskan kepada siapa saja?"
Coba bayangkan misalnya Anda memiliki bisnis kafe, kemudian tibalah saatnya Anda untuk pensiun dan menikmati hari tua Anda. Anak, keponakan, saudara, atau kerabat lainnya, adalah orang-orang pertama yang ada dibenak Anda untuk meneruskan menjalankan bisnis kafe Anda. Tapi sayangnya, tidak ada satupun dari mereka yang tertarik untuk meneruskan bisnis kafe Anda. Anak Anda terobsesi untuk menjadi model, keponakan Anda lebih tertarik untuk menjadi konsultan pajak, dan orang-orang dekat Anda lainnya tidak merasa memiliki keahlian untuk menjalankan kafe. Apa yang terjadi dengan bisnis kafe Anda? Apa yang terjadi dengan rencana pensiun Anda?
Bisnis konvensional dan investasi uang dipasar modal, membutuhkan modal finansial yang besar. Faktor modal finansial ini adalah merupakan faktor utama yang menyebabkan banyak orang -yang sudah sadar akan pentingnya memiliki usaha sendiri- terhambat untuk memulai sebuah bisnis.
"Tidak Hanya Itu, Bisnis Konvensional Juga Membutuhkan 'Skill' Dan Pengalaman"
Anggaplah Anda memiliki modal finansial untuk memulai usaha sendiri. Tapi, apakah Anda memiliki pengalaman dan skill yang dibutuhkan? Siapa yang memiliki skill dan pengalaman tersebut? Apakah mereka bersedia mengajarkan Anda segala skill dan pengalaman yang dibutuhkan untuk memulai sebuah bisnis?
Jawaban yang paling sederhana adalah, Anda dapat belajar dari para pebisnis dilingkungan Anda. Lihat disekeliling Anda, ada berapa banyak para pebisnis. Dan coba dekati mereka, dan minta mereka untuk mengajari Anda segala pengalaman dan skill yang mereka punya.
Jangan kecewa, mereka mungkin benar-benar mau membantu Anda, tapi mereka tidak punya waktu untuk berbagi ilmu dengan Anda. Kebanyakan dari mereka sudah terperangkap oleh tuntutan dan kesibukan sehari-hari bisnis mereka sendiri.
Kita sudah terbiasa mendengar istilah "bisnis keluarga", hal tersebut sangat lumrah, karena biasanya, hanya keluarga dekat lah yang bisa mendapatkan ilmu bisnis, dan diberi kesempatan untuk belajar bisnis. Lihat keluarga Liem, lihat keluarga Bakrie, lihat keluarga Eka Tjipta, keluarga Cendana, keluarga Axa, keluarga Kalla, dll. Sekarang, apakah kita cukup beruntung untuk menjadi salah satu dari anggota keluarga konglemerat bisnis besar tersebut? Sehingga kita bisa belajar dan diberi kesempatan?
0 komentar:
Post a Comment